[mengatasi anak tantrum] | Kesehatan anak]

Mengatasi Anak Tantrum

Jangan keburu emosi saat buah hati Anda yang menyandang autis tantrum atau mengamuk. “Jangan artikan tantrum sebagai (sifat) agresif. Tantrum adalah reaksi,” ujar Gayatri Pamoedji, SE, MHc, pendiri Yayasan MPATI (Masyarakat Peduli Autis). Putra sulungnya adalah penyandang autisme yang kini sudah dewasa.

Menurut Gayatri, tantrum bisa muncul sebagai reaksi karena anak tegang akibat hiperstimulasi. Misalnya menonton film yang terlalu seru, mendengar suara yang terlalu keras, atau berada di tengah banyak orang tak dikenalnya. Ia menjadi bingung dan panik. Sama seperti kita; saat panic atau cemas lalu tanpa sadar menggoyang-goyangkan kaki. Pada anak autis, reaksinya mungkin lebih hebat; berjalan berputar-putar, menggerak-gerakkan tangannya tak terkendali (flapping), hingga menjerit-jerit.

Kerap orangtua bingung, bagaimana mengatasi anak tantrum. Sebagian ahli berpendapat untuk membiarkannya, karena itu merupakan cara untuk menenangkan diri. “Tapi, tak ada salahnya dihentikan. Alihkan ke kegiatan yang lebih menyenangkan,” ucap Gayatri. Saat anak sudah lebih besar, ajari untuk mengendalikan stres dan rasa gugup. Misalnya dengan relaksasi sederhana: pejamkan mata, ambil nafas, tahan sebentar, lalu hembuskan pelan-pelan.

Orangtua atau pengasuh harus bisa mengendalikan diri dan emosi. “Jangan biarkan emosi kita malah melebihi tantrum anak,” imbuh Gayatri. Anak membutuhkan pengaruh yang menenangkan. Bila kita emosi, anak pun tidak akan jadi tenang. Jika benar-benar tidak mampu mengontrol emosi, rehat sejenak. Tempatkan dulu anak di lingkungan yang aman misalnya kamar tidur, “Lalu kita menyendiri untuk beberapa saat. Hal ini biasanya bisa menenangkan Anda dan anak.” (nid)