Mencegah Infeksi pada Neonatus | OTC Digest

Mencegah Infeksi pada Neonatus

Sejak lahir hingga berusia 28 hari, bayi disebut neonatus. Bukan tanpa alasan istilah khusus ini diciptakan. “Begitu lahir, bayi butuh adaptasi; dari lingkungan yang tadinya begitu mengamankan dia, ke lingkungan bebas tanpa ada yang melindunginya. Ia mulai terpapar berbagai macam hal yang ada di dunia,” papar dr. Bernie Endiarini Medise, Sp.A(K), MPH. Ia melanjutkan, neonatus termasuk populasi yang paling rentan, sehingga perawatannya pun khusus.

Di Indonesia, penyebab utama kematian neonatus masih berkutat seputar infeksi. “Ini bedanya neonatus dengan kelompok usia lain; begitu ada infeksi, mudah sekali menyebar jadi infeksi sistemik (seluruh tubuh), yang disebut sepsis,” terangnya. Ditambah lagi, imunitas neonatus masih rendah. Infeksi apapun dan di mana pun harus segera ditangani.

Yang terpenting, lakukan perawatan tepat sejak awal. Begitu lahir, bayi tidak perlu langsung mandi, “Yang penting dikeringkan dulu tubuhnya. Karena di kulitnya masih ada air ketuban, bisa terjadi evaporasi dan bayi kedinginan atau hipotermia.” Tidak perlu sampai terlalu bersih, yang penting kering. Justru lemak-lemak yang menempel di kulit neonatus akan membantu menghangatkannya. Baru setelah itu lakukan IMD (inisisasi menyusui dini).

Mandikan neonatus untuk pertama kalinya enam jam setelah ia lahir. Boleh dilap saja, tidak harus direndam air hangat. Yang penting, daerah lipatan kulit harus bersih. Apalagi negara kita beriklim tropis dan lembap; keringat dan kotoran yang melekat di kulit bisa menjadi media pertumbuhan kuman.

Untuk perawatan sehari-hari, jaga selalu kebersihan dan kelembapan kulit neonatus, yang 10 kali lebih sensitif dan lebih tipis dibandingkan kulit orang dewasa. Kondisi kulit seperti ini mudah lecet dan mudah teriritasi. Luka kecil saja, berarti skin barrier­-nya rusak. “Bila ini terjadi, kuman mudah masuk dan jadi infeksi,” ujar dr. Bernie. Sebaliknya bila tidak ada luka, risiko infeksi pun berkurang.

Seandainya kulit neonatus teriritasi, masih OK bila perawatannya baik. Namun ibu dan anggota keluarga lain harus betul-betul disiplin untuk cuci tangan dulu sebelum menyentuh bayi. Jangan lalai mencuci tangan tiap kali sehabis mengganti popok. Tampaknya sederhana, tapi harus diperhatikan.

Proporsi luas permukaan tubuh bayi lebih luas daripada orang dewasa, sehingga mudah kehilangan suhu, dan cairan mudah menguap. Untuk itu, kelembapan kulit juga harus dijaga, misalnya dengan mengoleskan losion bayi sehabis mandi.

Selain itu, “Bayi juga lebih mudah mengalami hipotermia, jadi jangan terlalu lama dibiarkan telanjang.” Boleh saja menggunakan minyak telon untuk menghangatkan, tapi tetap perlu berhati-hati. Ada bayi yang kulitnya sangat sensitif; mungkin tidak kuat dengan minyak tertentu.

Bagaimana dengan pemberian bedak tabur? “Tidak masalah, karena bedak seperti memberi lapisan pada kulit,” ungkap dr. Bernie. Beberapa bedak bisa menyerap keringat. Tapi secukupnya saja, tidak usah sampai cemong.

Bayi prematur butuh perawatan ekstra, yang disebut kangaroo mother care. Yakni, bayi telanjang hanya pakai popok, lalu disentuhkan ke dada ibu yang telanjang. Baru setelah itu dibalut kain, sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit. “Tubuh ibu menjadi termoregulator atau pengatur suhu tubuh bagi bayi, untuk mencegah hipotermia, yang biasa terjadi pada bayi prematur,” tutur dr. Bernie.

Hal ini juga sekaligus memberi berbagai stimulasi pada bayi, dan meningkatkan ikatan atau bonding antara ibu dengan bayi. Imunitas bayi pun meningkat karena ia akan berkenalan dengan bakteri-bakteri baik di kulit ibu, yang akan membantu membentuk sistem kekebalan tubuh. (nid)