Menangani Anak Diare | OTC Digest

Menangani Anak Diare

Diare pada bayi atau balita dapat mengancam nyawa. Bagaimana penanganan diare yang  tepat untuk anak? Benarkah diare adalah cara tubuh untuk mengeluarkan racun dan kuman dari tubuh, sehingga tidak perlu diberi obat untuk menyetop diare?

Diare merupakan penyakit saluran cerna yang sering mengenai anak usia kurang dari 5 tahun (balita). Anak dikatakan diare apabila mengalami buang air besar (BAB) >3 kali/hari atau berubah dari biasanya, baik frekuensi maupun konsistensinya (lembek sampai cair). Banyak faktor yang bisa menyebabkan diare.

Sebagian besar kasus diare pada anak, disebabkan infeksi virus atau karena bakteri, yaitu disentri. Diare karena disentri, biasanya disertai gejala demam tinggi atau tidak tinggi, nyeri perut saat BAB, dan BAB bercampur lendir dan darah.

Menurut Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A(K), dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM / RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, anak dengan diare karena infeksi virus, biasanya ditandai gejala panas tinggi (>39oC) yang mendadak, anak mengalami frekuensi BAB lebih sering dari biasanya dan konsistensinya cair.

Frekuensi bisa>10 kali/hari, sehingga anak lemas karena cairan tubuhnya banyak keluar. Diare bisa disertai gejala muntah sehingga risiko kekurangan cairan lebih tinggi.

Diare karena virus bisa menyebabkan kematian, bila anak mengalami kekurangan cairan / dehidrasi. “Banyak ibu yang salah menangani diare pada putra/ putrinya. Umumnya mereka sangat kuatir karena frekuensi BAB yang sering, sehingga cenderung lebih memikirkan bagaimana BAB-nya segera berkurang, daripada berpikir sejauh mana mereka kehilangan cairan akibat diare dan/atau muntahnya,” terang dr. Sri.

Anak dengan diare bisa dibagi 3 berdasar derajat kehilangan cairannya, mulai dari tidak ada tanda dehidrasi, dehidrasi tidak berat dan dehidrasi berat. Gejala kurang cairan bisa berupa, anak tampak kehausan, kelopak mata cekung, bibir kering, rewel sampai lemas dan penurunan kesadaran.

Untuk mencukupi kebutuhan cairan, harus dipertimbangkan mengenai jumlah dan jenis cairan yang diberikan.

Bila anak tidak mengalami dehidrasi, cukup diberikan pengganti cairan tubuh yang hilang dengan air gula garam (1 sendok teh gula + 1 pucuk sendok teh garam), dilarutkan dalam 200 cc air matang dan diminumkan 50 – 100 cc setiap kali anak diare.

“Cairan lain yang bisa digunakan adalah air tajin, air kacang hijau, jus buah alami. Cairan oralit sangat baik diberikan, dengan catatan harus mengikuti aturan pembuatan dan pemakaiannya,” tambah dr. Sri.

Bila dirasa pemberian cairan pengganti tidak optimal karena anak muntah atau frekuensinya sangat sering, tanda kurang cairan makin nyata (seperti tersebut di atas) sebaiknya segera dibawa ke petugas kesehatan / dokter, untuk diperiksa dan diberi penanganan yang lebih baik. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obat untuk menghentikan diare. (jie)