hubungan Mata Juling & Gangguan Jiwa

Mata Juling & Gangguan Jiwa

Mata adalah jendela jiwa. Anak dengan pandangan mata yang tidak lurus (strabismus) dan mengarah ke luar (eksotropia), berisiko lebih tinggi terkena gangguan jiwa. Strabismus dialami 3-5% anak dan sekitar 125.000 kasus baru/tahun terdiagnosa di Amerika Serikat.

Jeff A. McKenzie, B.A dan tim dari Mayo Clinic, Rochester, AS, menganalisa rekam medis 183 anak usia <19 tahun di Olmsted County, Minnesota, yang terdiagnosa mengalami eksotropia tahun 1975 – 1994. Kemudian dibandingkan dengan anak normal seusia, sebagai kelompok kontrol. Partisipan diikuti perkembangannya selama 22 tahun.

Didapati, 97 anak penderita eksotropia (53%; 41 laki-laki, 56 wanita) didiagnosa mengalami gangguan mental, dibanding 55 anak dari kelompok kontrol (30,1%). Dilansir dari laman www. psychcentral.com, tim peneliti menyimpulkan partisipan dengan eksotropia berisiko tinggi mengalami gangguan mental.    

Studi lain yang lebih besar dilakukan dengan memeriksa rekam medis 407 pasien dengan strabismus. Mereka dibandingkan dengan rekam medis anak normal pada usia dan jenis kelamin sama. Anak dengan eksotropia, memiliki kemungkinan 3x lipat terhadap gangguan kejiwaan dibanding kelompok kontrol. Sementara itu, tidak terlihat ada peningkatan insiden pada anak dengan mata yang mengarah ke dalam (esotropia).

Hal ini bisa menjadi  penanda awal bagi keluarga dan dokter anak untuk waspada dan siaga, jika mendapati anak dengan esotropia. “Bisa dipertimbangkan membawa anak ke psikolog atau psikiater,” ujar Brian Mohney, M. D., dokter mata anak dari Mayo Clinic, yang memimpin studi. Terlebih jika mulai muncul gejala gangguan kejiwaan. (nid-jie)