Lindungi Anak dari Bahaya Difteri | OTC Digest

Lindungi Anak dari Bahaya Difteri

Ledakan (outbreak) difteri pernah melanda Jawa Timur pada 2012 hingga dinyatakan KLB (kejadian luar biasa). Pada 2015, penderita difteri di Malang bahkan mencapai 17.000, sebagian besar anak-anak. ini terus berlanjut hingga 2016.

Difteri, yang disebabkan oleh infeksi Corynebacterium diphtheria, tidak boleh disepelekan terutama bila dialami anak-anak. Bakteri ini menyebabkan radang tenggorokan hingga leher membengkak, sehingga anak tak bisa makan minum. Akan terbentuk lapisan lendir tebal berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel, hingga menutup saluran nafas. Ini yang membuat anak kerap tak tertolong; ia tercekik tak bisa bernafas. “Kalau saluran nafas tersumbat, tenggorokan harus dilubangi untuk jalan nafas,” terang Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Guru Besar bidang Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.

Anak sembuh, masalah belum selesai. Racun yang dihasilkan bakteri Corynebacterium diphtheria bisa merusak jantung. Anak bisa meninggal hanya gara-gara meniup balon, karena jantungnya tidak kuat.

Ditengarai, ada empat faktor penyebab KLB difteri di Jawa Timur: cakupan vaksinasi gagal mencapai target; vaksinasi tidak merata di seluruh wilayah; vaksinasi gagal membentuk antibodi secara maksimal pada anak; dan ada kantung-kantung endemis difteri yang gagal memenuhi target vaksinasi. “Dari seluruh penderita difteri, 40% anak tidak mendapat imunisasi dan 40% tidak mendapat imunisasi lengkap,” tutur dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI.

Sesungguhnya KLB tak perlu terjadi bila semua anak divaksinasi secara rutin sesuai jadwal. Difteri bisa dicegah dengan vaksin DPT (difteri-pertusis-tetanus), yang diberikan sebanyak 3x (vaksin dasar) dan 2x booster  (penguat). Vaksinasi dasar pertama dilakukan saat anak berusia 2 bulan. Vaksinasi berikutnya dilakukan dengan jarak 4-8 minggu di tiap interval; rumusnya 2-4-6 (bulan). “Imunisasi dasar ini tidak boleh ditawar,” tegas Prof. Sri.

Satu tahun setelah vaksinasi terakhir ,yakni saat anak berusia 1,5 tahun, lakukan booster pertama, lalu booster kedua saat anak berulangtahun ke-5. Booster dibutuhkan karena DPT termasuk vaksin mati; proteksi yang diberikan vaksin jenis ini tidak terlalu lama, sehingga perlu diperkuat dengan booster. “Kalau anak ulang tahun, jangan cuma potong kue, tapi beri vaksinasi,” tandas Prof. Sri. (nid)