Kenapa Anak Bisa Katarak | OTC Digest

Kenapa Anak Bisa Katarak

Kita mengenal katarak biasanya menyerang orang tua usia > 50 tahun. Namun, karena beberapa sebab, katarak bahkan bisa diderita oleh anak-anak, bahkan bayi. Apa sebabnya?

Katarak merupakan suatu kondisi terjadinya kekeruhan pada lensa mata, secara umum disebabkan oleh proses degeneratif atau penuaan. Dalam kasus khusus, katarak anak/bayi mungkin diakibatkan infeksi virus rubella atau tokso saat janin masih dalam kandungan. Atau, akibat kelahiran bayi prematur.

Jumlahnya tergolong sedikit, sekitar 1-15 per 10.000 anak. Bisa terjadi di salah satu atau kedua bola mata. “Secara pasti penyebabnya idopatik (tidak diketahui), namun bisa berhubungan dengan penyakit lain, seperti down syndrome, sindroma alport atau sindroma marfan. Bisa juga karena trauma (benturan) pada mata, akibat bermain dengan benda-benda tumpul dan mengenai mata,” papar dr. Ni Retno Setyoningrum, Sp.M(K), M.Med.Edu, dari RS Jakarta Eye Center (JEC), Kedoya.

Baca juga : Terapi Katarak Anak

Katarak pada anak perlu segera ditangani karena akan mempengaruhi fungsi penglihatan si kecil ke depannya.  Waktu terbaik (golden periode) untuk dilakukan perawatan adalah sebelum usia 4 bulan.

Usia kritis perkembangan fungsi mata terjadi di usia 3-6 bulan, di mana periode tersebut menentukan fiksasi penglihatan. Artinya kesejajaran pergerakan kedua bola mata mengikuti obyek.

Fungsi penglihatan akan berkembang optimal jika ada stimulasi di saraf optik. Stimulasi berupa cahaya yang menembus sampai retina, kemudian diteruskan ke otak.  Sementara itu, katarak laiknya gorden yang menutupi cahaya yang masuk ke retina. Jika saraf mata terlalu lama tidak terstimulasi, ganguan penglihatan bisa menetap.   

Deteksi dini

Menurut dr. Retno, orangtua perlu waspada pada beberapa hal yang menunjukkan gejala katarak, seperti :

  • Terlihat ada bayangan warna putih di pupil mata.
  • Bola mata terlihat bergerak-gerak, baik dengan atau tanpa juling. “Karena mata akan selalu mencari cahaya,” tambah dr. Retno.
  • Pada usia >2 bulan stimulasi dengan mainan (tanpa bersuara), dengan warna menyala, tetapi bayi tidak memberikan respon tertarik untuk melihat.
  • Pada anak yang lebih besar, katarak di salah satu mata terdeteksi saat secara tidak sengaja anak mengeluh tidak bisa melihat jelas ketika salah satu matanya (mata yang sehat) tertutup.

Jika menemui tanda-tanda tersebut disarankan orangtua segera membawa ke spesialis mata anak. dokter akan memeriksa derajat beratnya katarak, jenis dan kelainan mata yang menyertai.

Bila katarak yang ditemui <3mm, perawatan bisa hanya dengan kacamata dan dilakukan observasi berkala. Sebaliknya, operasi perlu segera dilakukan jika ditemukan katarak berdiameter > 3 mm.

“Lebih disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata sesaat setelah melahirkan. Kemudian lakukan lagi pemeriksaan saat usia 4 bulan, waktu fiksasi penglihatan. Jika tidak ada masalah, silakan periksa kembali per tahun mulai usia 1 – 4 tahun. Di sini jika penglihatan anak belum bagus, biasanya disebabkan karena mata minus,” tambah dr. Retno di sela-sela kegiatan Bakti Katarak yang diadakan dalam rangka ulang tahun JEC ke 34, 25 Februari 2018 lalu. (jie)