Kenali Tahapan Permainan Anak | OTC Digest

Kenali Tahapan Permainan Anak

Bermain adalah dunia anak-anak. Dengan bermain, mereka mengembangkan kemampuanan motorik, kognitif dan sosial. Bermain juga menstimulasi otak; ditunjukkan dengan terbentuknya sinaps (hubungan antarsel saraf otak).

Dalam sinaps terdapat neurotransmiter, yang berfungsi menghantarkan impuls dari satu saraf ke yang lain. Jumlah sinaps dan kemampuan sinaps menghantarkan impuls listrik, merupakan penentu kecerdasan terpenting.

Menurut dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) dari Divisi Saraf Anak, Departemen Kesehatan Anak FKUI-RSCM, ”Stimulasi membuat sinaps berkembang. Makin sering stimulasi dilakukan, makin kuat sinaps terbentuk.”

Bermain bagi anak, laiknya bekerja pada orang dewasa: merupakan keharusan. Di era digital permainan riil makin tersisih. Padahal, manfaatnya sangat besar, karena anak melakukan problem solving yang tidak diduga. Berbeda dengan permainan digital yang sudah ada kerangka pemecahan masalah, apa yang harus dilakukan anak, sudah didesain. Bermain yang riil tidak bisa didesain, tapi berjalan apa adanya.

David Elkind, profesor emeritus dari Departemen Pengembangan Anak Universitas Tufts, Massachusetts, AS, mengatakan anak-anak gampang membaca /mengingat simbol, walau belum bisa membaca. Itu sebabnya mereka mudah terbius dengan permainan digital yang menyuguhkan grafik, suara dan gerak.

“Silakan bermain digital, hanya jangan sampai porsinya mendominasi permainan riil,” kata Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSi, play therapist dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Para ahli menyarankan 1-2 jam sehari adalah batas waktu seorang anak boleh bermain dengan gawainya.

Lewat bermain, banyak pengalaman baru yang dialami anak, seperti anak belajar mengenal warna. Dari satu warna, dicampur menjadi warna lain. “Saat bermain balok, semula mungkin hanya dilempar-lempar. Tahapannya begitu,anak akan menyusun ke samping baru kemudian mereka bisa menyusun ke atas. Ada pola perkembangan dari tadinya bermain hanya untuk fun, menjadi belajar melalui bermain,” kata Mayke lagi.

               

Tahapan permainan

Perlu dipahami, bentuk permainan harus disesuaikan dengan perkembangan dan usia anak.

 

Usia 1- 4 bulan

Anak suka mengamati tubuhnya. Anak mengamati tangan, bermain ludah, menendang-nendang, menyimak suara, dan tertarik pada warna yang cerah. Maka, baik memberinya mainan seperti music box.

 

Usia 4-12 bulan

Anak mampu menggenggam dan memasukkan benda ke mulut. Usia 7 bulan, bayi bisa menggunakan tangan bergantian, memukul-mukul, mengetuk mainan dan melempar. Usia 8 bulan, anak mulai tahu bahwa obyek walau tidak terlihat tetap ada. Itu sebabnya ia sering menyembunyikan benda.  

 

Usia 13-24 bulan

Beralih pada mainan yang ada knop, tombol, yang bisa didorong dan ditarik. Ini melatih motorik kasarnya dan membantu anak yang mulai berjalan. Permainan peran sudah bisa dikenalkan.

 

Usia 2-8 tahun

Bermain peran dan pura-pura, menyusun balok. “Usia 5-7 tahun anak bisa menikmati bila membuat sesuatu yang berharga. Rasa bangga dan ‘aku bisa’, penting untuk anak,” ujar Mayke.

Bermain dokter-dokteran, konsep, buliding blok, boneka, buku cerita digemari anak usia 2-6 tahun. Usia 5 tahun, mulai bisa diperkenalkan game, permainan yang mempunyai aturan tertentu. Di sini, selain belajar aturan permainan, anak belajar kalah menang dan mengendalikan emosi. (jie)