Ini Bahaya Memberi Air Putih Pada Bayi | OTC Digest

Ini Bahaya Memberi Air Putih Pada Bayi

Bayi perlu minum air putih? Pertanyaan tersebut kerap muncul di kepala kaum ibu. Ibu takut, jangan-jangan si kecil haus, apalagi di siang yang panas.

Sudah menjadi insting orangtua untuk melindungi anaknya, termasuk mencegahnya dari dehidrasi. Tapi, kebanyakan minum air justru dapat mengacaukan keseimbangan cairan dalam tubuh si kecil, yang dapat berujung pada keracunan air.

The American College of Emergency Physicians mencatat, keracunan air pada bayi termasuk yang kerap terjadi dan memicu kejang. Menurut James P. Keating, MD, Medical Director The St. Louis Children’s Hospital Diagnostic Center, AS, terlalu banyak menambahkan cairan pada bayi menyebabkan level sodium tidak normal. “Dapat menyebabkan kejang, koma, otak rusak bahkan kematian,” paparnya.

Bayi yang masih menyusu ASI, tidak memerlukan minuman eksta (air). ASI mengandung cukup air yang dibutuhkan si kecil, dalam cuaca panas sekali pun. Air minum biasa, minuman berelektrolit,  hingga susu formula yang terlalu encer, dapat mengganggu aktivitas otak bayi.

Gangguan aktivitas otak bayi ini disebabkan belum sempurnanya ginjal bayi, yang akan melepaskan natrium apabila kelebihan cairan dalam tubuh. Sedangkan kehilangan natrium, otomatis akan mengganggu aktivitas otak.

Bayi di bawah usia 1 tahun, lebih berisiko terkena serangan dibandingkan bayi yang lebih tua, karena mereka belum mendapatkan cukup makanan dari luar untuk menggantikan natrium yang hilang. Juga, ginjal bayi belum bisa membuang cairan yang berlebih secara cepat, sehingga akan terjadi penumpukan cairan dalam tubuh.

Gangguan ini akan memberikan gejala awal berupa mudah merengek (irritability) atau cengeng, mengantuk dan perubahan mental lainnya. Bahkan dapat mengakibatkan gejala penurunan suhu tubuh bayi (hipotermi), pembengkakan di sekitar wajah (edema) hingga kejang, apabila tidak segera mendapa penanganan medis yang tepat.

Risiko keracunan air makin meningkat, pada bayi yang sudah mengalami dehidrasi. Misalnya pada bayi yang diare / muntah-muntah, karena infeksi virus atau bakteri. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi termasuk mulut kering, peningkatan rasa haus, gelisah dan mudah merengek dan berkurangnya frekuensi pipis, yakni jika mengganti popok kurang dari 3 kali sehari. 

Berikan setelah ASI

Jika ibu merasa perlu memberi tambahan air minum, “Sebaiknya dibatasi 2-3 ons tiap kali memberi, dan diberikan setelah si bayi puas/kenyang minum ASI,” papar dr. Keating.

Untuk beberapa kasus, kebutuhan akan tambahan air pada bayi hanya dibolehkan dengan memberikan paling banyak 59 ml air minum dan sesuai dengan pengawasan dokter.

Ia juga menyarankan agar orangtua jangan dulu membawa bayi belajar renang. “Mencelupkan bayi berulang-ulang ke dalam air, dapat menyebabkan bayi tersedak,” katanya. (jie)