Ini Akibatnya Jika Anak Kurang Tidur | OTC Digest

Ini Akibatnya Jika Anak Kurang Tidur

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan anak/bayi dengan kualitas tidur malam buruk menjadi lebih rewel, depresi, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun dan akhirnya sakit. Tidur yang terganggu pun dapat menyebabkan penurunan fungsi otak.       

“Kalau kurang tidur,” menurut dr. Rosalina Dewi Roeslani Sp.A(K) dari Divisi Perinatologi RS Cipto Mangukusumo, Jakarta, “Pertahanan tubuh akan melemah karena ada beberapa protein yang terganggu pembentukannya. Kita yang sudah dewasa, juga merasakan kalau kurang tidur akibatnya jadi gampang kena flu.”

Ketika tidur terganggu, kadar sel darah putih akan menurun, sehingga efektivitas sistem imun anak ikut menurun. Ujung-ujungnya, bayi jadi gampang sakit dan proses tumbuh kembangnya terganggu.

Itu sebabnya, bayi perlu dilindungi agar bisa tidur dengan nyenyak. Bayi yang tidurnya nyenyak, dapat dilihat dari wajah dan otot-ototnya yang tampak rileks. Setelah bangun tidur anak ceria, mungkin awalnya sedikit marah, tapi kemudian aktif. 

Yang perlu diketahui ibu adalah bahwa sebelum usia 4 bulan, bayi belum bisa mengontrol waktu tidurnya; tidak seperti orang dewasa. “Tapi, sejak dalam kandungan bayi sudah mengenal irama sirkadian ibundanya. Seperti, kalau pagi ibunya mulai berbicara, sedangkan pada malam hari tidak, karena ia tidur,” tambah dr. Rosi.

Baca juga : Pentingnya Tidur Bagi Bayi

“Jadi, jika ingin agar anak tidur nyenyak, ciptakan suasananya. Bikin suasana tenang dan gelap kalau malam. Sebaliknya pas siang, berikan suasana terang dan biar agak hidup, perdengarkan suara musik atau lainnya.”  

Cara lain adalah dengan memberi ASI yang cukup sebelum tidur pada si kecil. Juga, bisa dengan memandikan anak dengan air hangat 1-1,5 jam sebelum tidur. Kemudian, pakaikan popok dari bahan yang berdaya serap tinggi agar bayi tidak sering terbangun karena pipis.

Sekedar informasi, bayi yang terlalu sering terekspos oleh lingkungan yang terlalu berisik dapat terkena gangguan fokus berfikir / atention defisit disorder.  

Jangan buru-buru masukkan bayi ke dalam boks bayi

Dr. James J. McKenna dan dr. Sarah Mosko dari University of California, Amerika Serikat, melakukan penelitian dengan memonitor pola tidur ibu dengan bayi usia 3 bulan, selama 3 hari berturut-turut.

“Saat tidur sendirian, bayi tidur lebih lama dan terlalu lama pada fase deep sleep,” papar dr. McKenna. “Bayi yang tidur dekat orangtuanya dan terjadi kontak kulit, terbantu tidurnya. Juga mencegah bayi berhenti bernapas lama (long breathing pause), yang pada beberapa kasus menyebabkan kematian.”

Detak jantung, pola napas dan fase tidur bayi dan ibu mereka, biasanya berbarengan saat mereka tidur bersama. Ibu dan bayinya juga cenderung bangun bersama saat malam hari.

Ibu bisa mempraktikkan metode kangguru. Metode ini efektif, terutama pada bayi dengan berat badan kurang (BBLR). Pada metode tersebut, bayi diletakkan di atas tubuh ibu, menempel di dada ibu di antara kedua payudara. Bayi dalam keadaan telanjang dan hanya mengenakan popok, topi, dan kaus kaki. Ibu dan bayi diselimuti selimut atau pakaian yang dikenakan ibu.

“Lekatan kulit harus seluas-luasnya dan langsung melekat tanpa perantara. Metode kangguru membuat bayi merasa aman. Bayi mengenali bau, suara dan detak jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak dalam kandungan,“ jelas dr. Rosi.  (jie)