Hindari Gula Tambahan dalam Susu Formula | OTC Digest

Hindari Gula Tambahan dalam Susu Formula

Susu mengandung banyak zat gizi yang baik untuk tumbuh kembang anak. Masalahnya, ternyata tidak semua susu baik, karena banyak yang mengandung gula. Konsumsi gula lebih dari yang dibutuhkan oleh tubuh, akan membuat anak bertubuh tambun atau kegemukan. Ini adalah “jalan” bagi penyakit diabetes.

Selama lebih dari 30 tahun terakhir ini, dunia dihadapkan pada masalah diabetes. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, asupan gula tambahan pada anak tidak melebihi 10% dari total energi.

Jika dihitung sesuai AKG (Angka Kecukupan Gizi) Indonesia, anak usia 1-3 tahun tidak disarankan mengonsumsi lebih dari 25 gram gula tambahan / hari (>5 sendok teh). Sementara anak usia 4-6 tahun tidak melebih 38 gram gula tambahan / hari (>8 sendok teh).

Yang dimaksud gula tambahan adalah gula yang diperoleh dari bahan makanan dan melalui proses kimiawi. Gula jenis ini bukan termasuk gula alami seperti laktosa pada susu, atau fruktosa pada buah.

Dr. Muliaman Mansyur, Medical Marketing Manager PT. Fonterra Brands Indonesia menyatakan, di dunia industri gula tambahan ini selain sebagai pemanis, juga digunakan sebagai nutrisi pengisi.

“Banyak makanan dan minuman yang mengandung terlalu banyak gula tambahan, untuk mengganti nutrisi lain seperti protein dan asam lemak esensial. Akhirnya makanan minuman jadi tinggi kalori,” terangnya.

Asupan gula antara 10-20 gram/hari berisiko membuat perut kembung, diare dan gangguan saluran pencernaan. Minuman yang tinggi gula tambahan akan meningkatkan asupan energi, karena menurunkan kontrol nafsu makan.

Beberapa jenis gula tambahan dalam makanan/minuman seperti maltodextrin, biasa digunakan pada minuman soda dan permen sebagai pengisi nutrisi. Sedangkan corn syrup digunakan dalam salad dressing, es krim dan saos tomat. Di antara beragam jenis gula, sukrosa paling banyak digunakan karena paling manis. Sukrosa merupakan gula yang berasal dari tebu, diolah menjadi gula pasir.

Berdasarkan survei yang dilakukan Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) di beberapa taman kanak-kanak di Jakarta (2011), didapati anak usia 3-6 tahun >90% mengonsumsi gula tambahan dari susu. Peringkat kedua, gula tambahan diperoleh dari buah atau jus buah, sekitar 80%. 

“Penelitian kami menunjukkan, asupan gula harian memberi kontribusi lebih dari 10% dari total kalori. Asupan gula terbanyak adalah sukrosa (gula pasir) sebanyak 49 gram, dan terbanyak dari konsumsi susu. Sebanyak 76% subyek mengalami gigi karies,” ujarnya. 

Konsumsi makanan tinggi gula yang diikuti kebiasaan tidak menyikat gigi dengan benar, menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang. Dr. Muliaman menambahkan sebagian besar produk susu formula anak mengandung terlalu banyak gula tambahan, sampai 40%. “Itu setara dengan 12 sendok teh gula,” katanya.  Susu yang baik tentunya yang bebas gula tambahan. (jie)