Haruskah Anak Diet Lemak? | OTC Digest

Haruskah Anak Diet Lemak?

Anak adalah peniru ulung orangtuanya, termasuk perilaku makan. Jika orang dewasa memang seyogyanya mengurangi konsumsi lemak ‘jahat’, lantas apakah si kecil juga boleh? 

Lemak secara umum diperlukan tubuh sebagai sumber energi. Juga berfungsi untuk membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan melapisi membran sel untuk menjaga elastisitasnya. Ia berperan dalam proses pembentukan sel-sel jaringan otak  dalam kerja transmisi di saraf. Lemak yang juga sumber kolesterol, juga berperan dalam pembentukan hormon seksualitas.

Pada anak yang dalam masa pertumbuhan, terutama pada 3 tahun pertama yang disebut periode emas (golden period), otak mengalami pertumbuhan yang paling progresif dan kritis.

Menurut spesialis gizi klinik, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono MS, SpGK, “Anak tidak boleh diet lemak, karena selain otak, imunitas anak lagi tumbuh. Perlu diketahui, 60% otak terbuat dari lemak. Pada 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak mencapai 80% otak orang dewasa. Bahkan, anak di bawah 2 tahun membutuhkan lemak lebih banyak.”

Namun, banyak bukan berarti tidak terbatas. Konsumsi lemak yang tidak porposional, akan menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah, yang sudah dimulai sejak awal pertumbuhan. Sebagai tindakan preventif pada masalah kardiovaskular, American Hart Association (AHA) merekomendasikan asupan lemak sebanyak 30-35 % dari total kalori untuk anak usia 2-3 tahun dan untuk anak umur 4-18 tahun antara 25-35%.

Dr. Fiastuti menambahkan, “Dari sekitar 30% lemak yang dikonsumsi, sebaiknya tidak lebih dari 7% adalah lemak jenuh dan 25%-nya lemak yang tidak jenuh. Lalu, dari 25% lemak tak jenuh tadi, 6-10% adalah lemak tak jenuh ganda dan 15% adalah lemak tak jenuh tunggal.“

Lemak tak jenuh tunggal / mono unsaturated fatty acid (MUFA) dan lemak tak jenuh ganda / poly unsaturated fatty acid (PUFA), penting dikonsumsi karena diperlukan dan tubuh tidak bisa memroduksi sendiri. Omega-3 dan omega-6 adalah lemak esensial yang terdapat dalam PUFA, yang dapat meningkatkan kecerdasan otak.

Kekurangan kedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir, berkorelasi dengan berat badan yang rendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah. Akibatnya, perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya terpengaruh.

Sumber asam lemak esensial yang pertama bagi anak adalah ASI (air susu ibu). Maka, ibu menyusui mesti mencukupi kebutuhan lemak esensialnya. Selepas masa ASI eksklusif (6 bulan) barulah dipenuhi dari sumber lain.

Lemak esensial banyak terdapat pada ikan laut dalam seperti, salmon, kakap dan tuna. Atau dari minyak sayur dan kacang-kacangan termasuk tahu, tempe. Juga terdapat pada buah alpukat, biji-bijian seperti bungan matahari dan telur ayam, minyak sayur dan margarin. (jie)