Gangguan Bicara Pengaruhi Kecerdasan Anak | OTC Digest

Gangguan Bicara Pengaruhi Kecerdasan Anak

Semakin banyak dijumpai anak yang mengalami keterlambatan atau gangguan bicara. Data Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang - Pediatri Sosial, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2007 menunjukkan, gangguan bicara-bahasa menjadi gangguan perkembangan yang paling dominan, di antara berbagai jenis gangguan perkembangan anak lainnya.

OTC Digest mewawancarai Ketua UKK Tumbuh Kembang IDAI Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), dan staf pengajar di bagian anak Rumah Sakit Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran Bandung, Dr. dr. Eddy Fadlyana, Mkes, SpA(K). Petikannya.  

Berapa prevalensi di Indonesia dibandingkan negara maju?

Dr. dr. Eddy Fadlyana, MKes, SpA(K)

Berdasarkan survei yang dilakukan di 7 kota besar di Indonesia (Surabaya, Jakarta, Bandung, Palembang, Denpasar, Padang dan Makasar) didapati insiden gangguan bicara-bahasa berkisar 8-33%, rerata 21%.

Gangguan bicara berdampak pada periode perkembangan anak selanjutnya karena berkaitan dengan perkembangan otak. Sebaliknya juga, adanya gangguan di otak, maka yang pertama terkena adalah gangguan bicara.

Perkembangan bicara merupakan salah satu aspek yang menentukan kecerdasan dan perilaku anak. Keterlambatan diagnosis berdampak pada keterlambatan penanganan dan berimbas pada terancamnya kemampuan kecerdasan dan perilaku anak.

Siapa yang berisiko tinggi mengalami gangguan bicara-bahasa?

Semua anak dari semua lapisan ekonomi, baik yang lahir normal atau abnormal. Namun risiko menjadi lebih besar pada bayi yang lahir bermasalah.

Apa penyebab gangguan ini?

Berawal dari periode sebelum dan sesudah kelahiran. Itu sebabnya wanita yang ingin memiliki anak mesti periksa TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes simplex virus).

Setelah lahir, bisa disebabkan oleh ada tidaknya stimulasi otak. Banyak anak yang lahir normal, mengalami gangguan bicara-bahasa.

Itulah perlunya deteksi dini. Perlu dilihat milestone atau tahapan perkembangan anak. Pada usia sekian, harusnya anak sudah bisa apa.

Pedoman lain untuk deteksi dini adalah Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Setelah usia 2 tahun, anak harus dibawa ke pelayanan kesehatan (Puskesmas) untuk skrining kesehatan yang terstandar.

Siapa yang disebut anak berisiko tinggi?

Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Anak yang lahir dari kehamilan / persalinan risiko tinggi. Seperti, ibunya preeklamsi /eklamsi, infeksi TORCH, lahir melalui proses vacuum dan lainnya. Termasuk, berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur.

Lalu, anak yang lahir kuning atau tidak langsung menangis, infeksi dalam kandungan, anak dalam perawatan NICU/PICU lama, pernah kejang, mengalami trauma kepala, gizi buruk, sampai pola asuh yang tidak melekat.

Sekitar 90 % gangguan bicara di kota besar, karena pola asuh yang tidak melekat. Biasanya terjadi pada anak dengan orangtua yang aktif di luar rumah. Sisanya (10%) karena ada gangguan pendengaran dan otak.

Bagaimana sebenarnya perkembangan otak anak?

Terjadi berjenjang sejak dalam kandungan. Yang terbentuk lebih dulu, pada tahun pertama adalah penglihatan dan pendengaran. Umur 1-3 tahun terbentuk kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara-bahasa dan sosialisasi kemandirian.  

Anak tidak akan bisa bicara kalau ada gangguan pendengaran. Kemampuan bicara adalah pintu gerbang kecerdasan. Jika anak mengalami gangguan bicara, perlu segera ditanggulangi dan harus selesai sebelum usia 6 tahun.

Otak anak usia 6 tahun sudah berkembang 95%. Pembentukan sirkuit otak terjadi 6 tahun ke belakang. Bukan hanya ketika sekolah selama satu jam (PAUD), namun dalam kehidupan sehari-hari yang terus-menerus.

Usia 2 tahun otak anak sudah 80%. Kalau normal, pada umur 2 tahun cukup mudah untuk bisa ke 95%. Yang sulit adalah menormalkan anak <2 tahun. Sayangnya, ketika usia anak <2 tahun bisa jadi titik lemah orangtuanya sedang kuat-kuatnya mengejar karier.

Di Singapura, ada gerakan untuk bapak-bapak back to home. Di rumah, matikan handphone dan berinteraksi dengan anak.    

Mekanisme anak bisa bicara?

Di otak anak terdapat area wernicke, yang berfungsi sebagai “bank” kata yang ia terima. Kosakata berasal dari interaksi sehari-hari dengan orangtua dan pengasuh.

Anak bicara ditentukan oleh input, kualitas panca indera, baru masuk ke otak untuk dipahami. Makin banyak kata yang masuk dan diulang-ulang, makin paham dia.

Ada 5 tahap kata itu muncul. Pertama, vokal (a, i, u, e, o). Tahap kedua ditambah konsonan: ba, bi, bu. Tahap ketiga bayi mulai ngoceh, yang kita tidak mengerti. Tahap selanjutnya ia mulai memotong kata, ‘mandi’ menjadi ‘di’. Tahap terakhir adalah lengkap.

Bagaimana memberikan input yang benar?

Berinteraksi aktif secara verbal, sering ajak bicara dengan nada yang baik. Tidak cukup memberikan mainan, kemudian anak ditinggal sendiri sementara bapaknya baca koran. Temani dia bermain, beritahu warna, bentuk atau jumlahnya. Kalau ingin anak banyak ngomong, orangtua jangan pendiam.

Gunakan satu bahasa dulu dalam 2 tahun pertama. Setelah 4 tahun dia normal dengan 1 bahasa, boleh ditambah bahasa lain. Masukkan kata ‘sit down’ ketika ia sudah mengerti ‘duduk’.

Dahulukan kata-kata penting sesuai usia anak, untuk komunikasi sehari-hari. Yakni kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda di sekitarnya yang dilihat dan akan dilakukan. Anak usia 1 tahun butuh kata: mama, papa, makan, sendok, garpu, duduk. Bukan: roket, gajah, layang-layang.

Kata-kata penting akan masuk ke otak anak ketika ia dikomentari orangtua. Misal: jangan ambil sendok warna putih, punyamu warna biru. Kata-kata tidak penting, didapat lewat media (TV dan lainnya). (jie)