Floor time adalah konsep, dimana orangtua dan anak menghabiskan waktu bersama secara intensif untuk berinteraksi selama 20-30 menit, menggunakan permainan sebagai simulasi. Dapat dilakukan sejak anak masih dikandungan, ini merupakan metode belajar yang efektif.

“Simulasi mampu merangsang otak kanan dan kiri, termasuk keseimbangan emosi anak. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan dan kepribadian anak,” ujar dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi.

Simulasi mendorong dan menguatkan hubungan antarsel otak bayi (sinaps) yang belum sempurna. Banyaknya sinaps menentukan tingkat kecerdasan anak. Metode ini berperan dalam meningkatkan fungsi sensorik (raba, dengar, lihat, rasa, cium) dan motorik (gerak kasar dan halus). Juga meningkatkan emosi-sosial, bicara, kognitif, mandiri dan otak.

Selain itu mampu merangsang minat terhadap suara, sensasi penglihatan dan menenangkan diri. “Anak belajar dengan mendengar, melihat, meniru, mencoba dan mengulang. Apa yang kita dengar, bayi dalam kandungan ikut mendengar,” ujar dr. Soedjatmiko.

Simulasi dapat dilakukan dengan menyanyi, membaca, menggambar, mencocokkan, mengelompokkan atau merangkai obyek. Rasa kasih sayang berperan dalam simulasi, sehingga  terbangun hubungan yang menyenangkan, hangat dan terpercaya.

“Lakukan sambil memberi ASI, pandang matanya dan ajak anak bicara, atau mendongeng sebelum tidur. Suarakan haum ketika mendongeng tentang harimau, sehingga merangsang imajinasi anak,” ujarnya.

Selama floor time penting mengikuti arah dan membangun minat anak serta opininya, dengan menciptakan lingkungan permainan yang sesuai. Jika anak tertarik melukis, ajak ke galeri untuk menambah referensi. Kenalkan dengan gambar-gambar aneka warna, sehingga anak tertarik dan kreatif.

Seandainya anak menghindar selama floor time, orangtua dapat menempatkan diri antara obyek mainan dan anak dan menjadi bagian dari permainan. Misalnya, menjadi pagar yang dapat bicara. Lakukan dalam suasana gembira, sehingga anak termotivasi bermain dan belajar. (jie)