Epilepsi Absen, Serangan Epilepsi Tanpa Kejang | OTC Digest

Epilepsi Absen, Serangan Epilepsi Tanpa Kejang

Jika selama ini banyak orang beranggapan bahwa jika seseorang tiba-tiba mengalami kejang adalah tanda-tanda epilepsi. itu benar, Tetapi belum 100%. Epilepsi bisa ditunjukkan dengan mendadak anak hilang kesadaran seperti tertidur.

Kesadaran kembali muncul setelah 2-3 menit. Gejala epilepsi tanpa kejang ini disebut epilepsi absen (absence epilepsy). Epilepsi terjadi karena ada aktivitas listrik abnormal dan berlebihan pada neuron otak.

Bangkitan listrik di otak terjadi tiba-tiba, sementara, namun berulang, berselang lebih dari 24 jam dan bisa timbul tanpa provokasi. Dr. Gea Pandhita S, M.Kes, SpS dari RS Islam Pondok Kopi, Jakarta, menyatakan, “Jenis epilepsi yang disertai kejang atau tidak, tergantung di bagian otak mana terjadi lonjakan aliran listrik.”

Jika sel yang rusak itu di fungsi bahasa, bentuk serangannya ke fungsi bahasa. Kalau di otak bagian belakang (bagian penglihatan), bentuk serangannya seperti ada kunang-kunang. Kalau di bagian motorik, akan terjadi kejang.

Pada epilepsi tipe absen, penderita tiba-tiba melotot atau mata berkedip-kedip dan kepala terkulai atau seperti melamun. Serangan terjadi antara 1-3 menit. “Banyak kasus, saat guru memeriksa catatan anak, kalimat yang ditulisnya ‘melompat-lompat’, tidak nyambung. “Kata-kata yang hilang itu ketika terjadi serangan. Anak bengong sebentar, lalu menulis lagi,” katanya.

Penyebab epilepsi antara lain ketika mengandung, sang ibu terkena infeksi tertentu atau pernah kekurangan oksigen sehingga perkembangan otak anak tidak baik. Kondisi ini membuat  saat dilahirkan, bayi sudah punya bakat epilepsi.

Bisa juga karena jatuh / cedera kepala dan infeksi meningitis. Cedera membuat sel-sel saraf otak rusak. Dalam skala kecil tidak timbul gejala, namuin seiring waktu kerusakan bisa bertambah sehingga gejala baru muncul ketika remaja atau dewasa. Pastinya, “Ini bukan penyakit turunan,” tegas dr. Gea.

Lonjakan listrik di otak dapat menyebar ke sel-sel sekitarnya. Makin sering terjadi serangan, makin besar kemungkinannya mengganggu sel-sel lain, sehingga perlu pengobatan. Obat epilepsi penting dikonsumsi tiap hari dengan dosis tertentu.

“Diobati sampai tidak ada serangan; itu dihitung titik nol. Setelah itu diobati sampai 2 tahun,” jelas dr. Gea.

Jika epilepsi disertai kejang

Pada epilepsi dengan kejang, biasanya dimasukkan sesuatu ke mulut penderita karena takut lidahnya tergigit. Menurut dr. Gea, jika memasukkan sendok sebaiknya dibalut dengan kain dan jangan dimasukkan terlalu dalam. “Jangan diberi minum kopi. Takutnya, yang terbuka bukan saluran makanan tapi saluran napas. Bisa infeksi,” katanya.

Sebaiknya, biarkan penderita di tempat yang teduh dan aman, longgarkan pakaiannya. Jauhkan dari benda berbahaya, tunggu sampai kejang berhenti sendiri. Jangan dipegangi terlalu erat, karena menghambat gerak otot sehingga usai kejang penderita merasa sakit.  (jie)