Deteksi Gangguan Penglihatan Pada Bayi | OTC Digest

Deteksi Gangguan Penglihatan Pada Bayi

Mata adalah jendela dunia. Dari lima indera manusia, mata memegang peranan 83% untuk melaksanakan kemampuan; 83% informasi yang sampai ke otak dibawa melalui indera penglihatan.

Pertumbuhan mata terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Normalnya, bayi  usia 0 - 4 minggu baru dapat membedakan terang gelap. Usia 1-3 bulan, bayi mulai dapat mengikuti gerak benda-benda di dekatnya. Kedua mata mulai berfungsi, walau pandangan masih kabur.

Umur 3 – 6 bulan, bayi mulai memperhatikan benda-benda dalam jarak jangkauannya dan berusaha menyentuh benda tersebut. Usia 6 bulan – 2 tahun, perkembangan fungsi penglihatan makin pesat dan tajam.

Menurut dr. Lumongga Simangunsong, SpM (K), perlu deteksi dini gangguan penglihatan karena ada periode plastis / lentur jalur penglihatan. Bila terjadi pada usia perkembangan, kelainan mata yang mengganggu kualitas penglihatan dapat menyebabkan ambliopia (daya lihat menurun meski sudah dikoreksi), disebut juga “mata malas”.

Baca juga: Waspadai Katarak Anak

Bayi prematur dianjurkan diperiksa saat usia 4-6 minggu. Faktor lain yang harus mendapat perhatian, jika bayi lahir dengan komplikasi perinatal, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks), gangguan neurologis atau sindrom sistemik dengan kelainan mata.

Pada 2-3 bulan pertama kehidupan, tajam penglihatan berkembang pesat, disebut periode kritis perkembangan penglihatan. Pada minggu-minggu pertama kelahiran, sel-sel otak berkembang diikuti perkembangan fovea sentralis, suatu cekungan di tengah bintik kuning selaput jala mata yang penting untuk menangkap bayangan. Usia 4-6 minggu, fiksasi (pemusatan penglihatan) fovea sentralis mata sudah terbentuk, bersamaan gerakan mengikuti yang akurat dan halus. 

Metode pemeriksaan penglihatan pada anak, bervariasi dan disesuaikan dengan usia. Pemeriksaan dilakukan bergantian pada kedua mata. Tajam penglihatan bayi diperiksa dari penilaian fiksasi, kecenderungan fiksasi dan gerak mengikuti obyek.

Baca juga : Kenapa Anak Bisa Katarak

Bila penglihatan bayi tidak terfiksasi pada obyek yang ditunjukkan, tidak sentral atau memilih menggunakan salah satu mata untuk fiksasi, harus dicurigai ada gangguan penglihatan. Juga bila bayi >3 bulan tidak dapat mengikuti obyek yang digerakkan di depan mata.

“Pada bayi usia <3 bulan, penilaian penglihatan dilakukan dengan ada tidaknya kontak wajah dengan orangtua atau si pemeriksa. Pada bayi >3 bulan mainan digerakkan di depan wajahnya atau berjarak 6 m. Dilihat, apakah mata bayi mengikuti obyek,” ujar dr. Lumongga.

Untuk anak >3 tahun digunakan simbol/gambar E dalam jarak 6 m. Dan bagi  anak yang sudah bisa membaca, digunakan metode pemeriksaan penglihatan standar (snallen acuity).

Anak yang mengalami gangguan penglihatan, akan menunjukkan gejala: sering menggosok mata, nonton TV dan membaca sangat dekat. Atau, bila membaca huruf yang jauh harus menjulurkan kepala, mengernyitkan dahi dan menyipitkan mata. (jie)

Baca juga : Muhammad Arham Januar Mata Buram, Prestasi No 1