Batu Saluran Kemih Pada Anak | OTC Digest

Batu Saluran Kemih Pada Anak

Tidak biasanya, Dion (6 tahun) menarik-narik penisnya saat buang air kecil (BAK). Ternyata, karena pipisnya tersendat. Saat diperiksa ke bagian urologi, diketahui  ada batu di saluran kemihnya.

Kasus batu saluran kemih (BSK) pada anak bukan hal baru.  Penelitian di RSCM, Jakarta, tahun 1982 – 1986 mencatat ada 196 kasus BSK pada anak. Sebanyak 60,9% berusia 6 tahun atau kurang dan penderita anak laki-laki lebih banyak daripada anak wanita; rasionya 6,5 : 1. Di Barat pun terjadi peningkatan penderita BSK anak dari 7 (tahun 1994-1996), menjadi 61 (2003 – 2005).

Pada penderita, batu menutup leher kandung kemih. Aliran urin pun terhenti atau menetes disertai rasa sakit. Sumbatan ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, karena bakteri tertahan oleh batu. Faktor genetik seperti hipersistinuria (kelebihan asam urat dalam urin), hiperkalsiuria (kelebihan kalsium dalam urin) dan hiperoksalouria (kelebihan okasalat dalam urin) dapat menyebabkan BSK.

Penyebab lain yaitu faktor lingkungan seperti cuaca panas, yang membuat tubuh kehilangan cairan lewat kulit dan pernapasan. Iklim panas meningkatkan produksi vitamin D3, yang memicu pembuangan kalsium dan oksalat lewat urin. Pada anak, BSK lebih banyak batu buli-buli (kandung kemih) dari pada batu ginjal.

Menurut Dr. dr. Partini P Trihono, SpA(K), kejadian BSK juga dipengaruhi oleh  makanan. Diet tinggi protein hewani menyebabkan kadar kalsium di urin tinggi, hingga berisiko terbentuknya batu.

“Diet tinggi sayuran risikonya sama. Sayuran menurunkan keasaman (pH) urin, sehingga gampang terbentuk batu asam urat atau sistin. Jadi, perlu pola makan seimbang,” ujarnya.

Konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi, atau minum soft drink yang tinggi sodium karbonat dalam jangka lama, berisiko membentuk batu oksalat. Sementara kurang minum dan infeksi bakteri pemecah urea, dapat membentuk batu struvit (campuran magnesium ammonium fosfat dan kalsium karbonat).

Terapi

Menurut dr. Partini, BSK jika berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bahkan gagal ginjal. Terapi BSK dapat dengan obat, yang bertujuan mengurangi rasa sakit dan melarutkan batu agar keluar saat berkemih. Batu yang dapat larut adalah batu asam urat.

Ada terapi “penembakan” menggunakan gelombang kejut / extracorporeal shock wave lithotipsy (ESWL). Metode ini dapat “menembak” semua batu menjadi lebih kecil (<2 mm) sehingga dapat keluar bersama urin.

Terapi bedah dilakukan setelah kedua metode gagal. “Pembedahan dilakukan pada batu yang sangat besar, dan untuk mengoreksi kelainan anatomi. Juga kelainan fungsi saluran kemih,” ujarnya.

Penderita harus hati-hati, karena kekambuhan dapat terjadi misalnya pada penderita hiperkalsiuria walau sudah minum dalam jumlah banyak. Solusinya adalah diet makanan rendah kalsium, seperti susu dan makanan olahannya. (jie)