4 Hal yang perlu anda ketahui saat memberikan MPASI | OTC Digest

4 Hal yang perlu anda ketahui saat memberikan MPASI

Selama enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI (air susu ibu) adalah makanan yang mencukupi semua kebutuhan gizinya. ASI tetap direkomendasikan untuk diberikan hingga usia dua tahun, tetapi ASI saja tidak cukup, harus ditambah makanan pendamping ASI (MPASI).

Memasuki usia 6 bulan kebutuhan gizi anak sudah lebih banyak. Sampai usia 2 tahun makin banyak zat gizi yang harus dipenuhi dari MPASI.

Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, Sekertaris Indonesian Nutrition Associaton, selepas usia enam bulan, ASI hanya bisa mencukupi kebutuhan energi kurang dari 50%, demikian pula protein (<75%).

“Vitamin A yang kandungannya paling tinggi di ASI pun tidak lagi cukup. Yang lebih menyedihkan adalah zat besi dari ASI tidak sampai 10%. Di sini lah pentingnya MPASI,” tegasnya dalam peluncuran CERELAC Risenutri, 31 Oktober 2019.

Namun perlu dicermati saat memberikan makanan pendamping ASI, yakni:

1. Jangan dicampur madu

Madu diketahui sebagai sumber gula yang baik. Orang dewasa biasa mencampurkan madu dalam berbagai minuman. Tetapi tidak disarankan untuk bayi.

“Lebih karena kandungan gulanya. Sebaiknya bayi jangan terlalu dini dikenalkan dengan makanan manis dari gula (madu). Karena jika bayi sudah terbiasa dengan makanan manis, atau asin, saat diberikan makanan lain, misalnya sayur, ia tidak mau. Muncullah gerakan tutup mulut,” papar Prof. Tati separuh bercanda.

Prof. Tati menyarankan untuk mengenalkan berbagai ragam rasa makanan alamiah secara bertahap. Jangan berikan madu, gula atau garam sampai si kecil sudah makan makanan orang dewasa.

2. Berikan daging setelah usia di atas 8 bulan

Daging, terutama daging merah, adalah sumber protein dan zat besi yang paling baik. Namun begitu tidak disarankan untuk memberikan daging pada bayi kurang dari delapan bulan.

“Usus/lambung bayi usia di bawah 8 bulan belum mampu mencerna serat-serat daging,” kata Prof. Tati. “Untuk mendapatkan zat besinya, sebaiknya berikan kaldu daging.”

3. Boleh dan tidak boleh MPASI fortifikasi besi diberikan bersamaan dengan susu sapi

Zat besi sejatinya mudah diserap tubuh sesuai kebutuhan, tetapi penyerapan zat besi dipengaruhi oleh nutrisi lain.

Kalsium dalam susu sapi diketahui dapat mengganggu penyerapan zat besi. Sebaliknya vitamin C, misalnya dari jeruk, justru membantu penyerapan zat besi.

Prof. Tati menjelaskan, bila zat besi diberikan dalam bentuk tunggal (suplemen zat besi) atau dari makanan alamiah, penyerapannya akan terganggu jika bersamaan dengan konsumsi kalsium (susu sapi).

“Tetapi kalau zat besi dalam bentuk fortifikasi, artinya sudah diperhitungkan atau dites kemampuan penyerapannya mendekati 100%, sehingga tidak masalah bila dibarengi susu sapi,” terang Prof. Tati.  

Disarankan untuk memilih MPASI fortifikasi dengan bioaviabilitas >80%; proses pembuatannya menjadikan zat besi lebih gampang di serap hingga > 80%.

4. Pemberian MPASI menurut usia

Perlu diketahui ukuran lambung bayi hanya sekitar sekepal tangannya. Bayi belum bisa mengonsumsi terlalu banyak makanan. Pemberian MPASI-nya pun perlu disesuaikan.

Untuk bayi usia 6-8 bulan MPASI diberikan dalam bentuk bubur dengan porsi dari 2 sendok makan hingga ½ mangkuk 250 ml.

Usia 9-11 bulan MPASI diberikan bersama potongan/cincangan sayur/buah/daging, dengan porsi ½ mangkuk 250 ml. Sementara untuk > 12 bulan, bayi sudah bisa diberikan makanan keluarga yang dilumatkan, dengan porsi ½ mangkuk 250 ml.

Frekuensi pemberian MPASI per hari dibagi menjadi : ASI + 2-3 MPASI utama + 1-2 MPASI selingan. “Perlu ditambahkan bermacam-macam topping, bisa buah, sayur atau daging, untuk mengenalkan berbagai rasa pada si kecil,” tutup Prof. Tati. (jie)