Sains Sekitar Kita: Bahaya Gula yang Selalu Mengintai Kesehatan Tubuh Kita | OTC Digest
gula_mengusir_stres_bahaya

Sains Sekitar Kita: Bahaya Gula yang Selalu Mengintai Kesehatan Tubuh Kita

Ahmad Nurhasim, The Conversation

Gula merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Tapi mengkonsumsi terlalu banyak zat manis ini bisa juga mendatangkan banyak penyakit yang mematikan.

Gula olahan dari tebu atau jagung adalah sumber karbohidrat, sama seperti kentang, biji, umbi, atau nasi. Zat esensial bagi tubuh manusia ini menghasilkan tenaga, agar berdaya. Bersama lemak dan protein, karbohidrat adalah zat yang banyak dibutuhkan tubuh. Mereka adalah makronutrien. Sampai sini tak ada soal.

Yang jadi masalah adalah gula buatan itu karbohidrat rantai pendek, yang sudah hampir siap untuk diserap. Kalau kita konsumsi dalam bentuk polisakarida seperti nasi, ubi, singkong, jagung, roti, dan mie, gabungan rantai karbohidrat perlu dipecah lebih dahulu, baru masuk ke peredaran darah.

Itulah mengapa mengkonsumsi karbohidrat dalam bentuk gula lebih berbahaya karena masuknya cepat. Karena terlalu cepat diserap tubuh, apalagi dalam jumlah yang berlebihan, maka terjadilah kelebihan. Kelebihan bikin aneka mudarat. Termasuk perut buncit dan kegemukan.

Konsumsi gula dan endapan sisa-sisanya telah terbukti membuat kerja organ tubuh menjadi lebih berat. Dalam jangka panjang endapan ini juga merusak dan berbahaya. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan penurunan fungsi hati. Gula juga mempengaruhi kerja hormon insulin menyebabkan diabetes, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah, dan kolesterol tinggi.

Diabetes dan hipertensi memang tidak mematikan, tapi dapat memicu penyakit lain yang bisa membunuh: jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah.

Steffi Sonia, Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran FKUI-RSCM Jakarta, menyebut rasa manis itu seperti candu. Gula mampu memberikan perasaan bahagia dan mengusir stres. Karena enak di lidah, banyak orang ketagihan dan tidak menyadari bahaya yang mengintai tubuh sehat.

Gula tetap boleh dinikmati. Tapi jumlah, mesti dibatasi. Ada batasannya dari Badan Kesehatan Dunia (WHO): 10 persen dari asupan energi. Untuk perempuan kira-kira tiga sendok makan atau 35 gram sehari, untuk laki-laki empat sendok makan atau 50 gram sehari. Lebih baik lagi jika bisa setengahnya. Berarti satu setengah sendok makan untuk perempuan dan dua sendok makan untuk laki-laki. Sebagai perbandingan, rata-rata satu kotak minuman manis, misalnya teh dalam kemasan botol atau karton, mengandung 20 gram gula. Jadi kurangi konsumsi gula.

Edisi ke-31 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan! ​

The Conversation

Ahmad Nurhasim, Editor Sains + Teknologi, The Conversation

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.

_____________________________________

Ilustrasi: Designed by Freepik