Pilih Olahraga Yang Tepat Dengan Antropometri | OTC Digest

Pilih Olahraga Yang Tepat Dengan Antropometri

Semakin banyak orang menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan kebugaran membuat olahraga semakin digemari. Untuk sebagian orang, rutin olahraga agar bisa bebas makan. Apapun alasan Anda berolahraga, sebaiknya lakukan antropometri sebelumnya.

Perlu diketahui kesesuaian jenis olahraga tiap orang tidaklah sama. Jangan hanya sedang tren marathon, lantas serta merta Anda ikut marathon. Disarankan melakukan antropometri sebelum memilih jenis olahraga tertentu. “Ini perlu untuk mengetahui jenis olahraga yang cocok bagi kondisi tubuh. Bagi orang dengan kaki datar, lari jarak jauh bukan pilihan tepat,” papar dr. Muki Partono, Sp.OT, dari RS. Pondok Indah, Jakarta.

Namun diantara banyak pilihan olahraga, berdasarkan berbagai jurnal kesehatan jogging adalah olahraga yang aman dilakukan oleh siapapun. Ia adalah olahraga aerobik yang menguatkan jantung, paru-paru dan tulang sekaligus. Tergolong low impact sehingga risiko cedera lebih kecil, misalnya dibandingkan lari.

Dalam Copenhagen City Heart Study dijabarkan bahwa jogging secara kontinyu (1-2,5 jam seminggu) akan meningkatkan harapan hidup 5-6 tahun pada pria dan wanita.  Riset ini telah dipublikasikan dalam European Society of Cardiology.

Penting pula memakai peralatan olahraga yang sesuai, seperti sepatu lari untuk lari, dan  sepatu basket untuk basket. Atau gunakan pula pelindung lutut/siku, helm saat bersepeda down hill. Gunanya untuk meminimalkan risiko cedera.

 

Antropometri

Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia, dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri merupakan studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh, meliputi ukuran tubuh, berat badan, posisi ketika berdiri, merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dll.

Dengan antropometri akan diketahui pertumbuhan badan seseorang normal atau tidak, kekurangan serta upaya pertumbuhan badan secara ideal. Kretschmer ahli antropometri di tahun 1925 membagi tubuh manusia secara cemerlang, dan masih dipakai sampai sekarang.

Pertama, tipe asthenis (kurus), dengan badan langsing, rongga dada kecil, sempit dan pipih, berat badan relatif kurang. Kedua, tipe atletis (berotot). Badan kokoh dan tegap, tinggi badan cukup, bahu lebar, dada besar dan kuat. Tiga, piknis (tipe berlemak). Ditunjukkan dengan badan agak pendek, dada membulat, perut besar, leher pendek dan kuat, dll. Keempat, jenis displatis, yang adalah penyimpangan ketiga tipe lainnya, misalnya kerdil atau gigantisme.

Diana A Santos, John A Dawson, dkk., pada 2014 lalu telah meneliti manfaat pemakaian antropometri pada atlet. Dari tes tersebut terukur kepadatan tulang, massa lemak tubuh, massa otot, dll. Termasuk di dalamnya olahraga yang sesuai dengan jenis kelamin digabungkan dengan berat, indeks massa tubuh, kondisi otot, dll. (jie)