Pehobi Futsal Hati-Hati Cedera Ligamen, dan Bagaimana Terapinya | OTC Digest

Pehobi Futsal Hati-Hati Cedera Ligamen, dan Bagaimana Terapinya

Mereka yang kerap berolahraga sepak bola, baik di lapangan besar atau indoor (futsal) rentan mengalami mengalami cedera ligamen.  

Ligamen merupakan jaringan ikat yang tersusun dari serat fibrosa yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya. Ligamen yang berbentuk seperti pita ini sebenarnya sangat kuat sekaligus elastis, ia berfungsi untuk mengendalikan gerak sendi kita dan menjaga kestabilan sendi. Ligamen lutut yang kerap mengalami cedera adalah bagian anterior cruciate ligament (ACL).

Menurut dr. L. Andre Pontoh, Sp.OT (K), dari RS Pondok Indah, Jakarta, cedera ligamen banyak terjadi pada orang yang olahraga, terutama futsal, basket, badminton, bela diri dan sepak bola (soccer). Pada non atlet, cedera ligamen banyak dialami mereka yang bermain futsal, apalagi sebelumnya tidak didahului pemanasan.

“Futsal lapangannya kecil, pemainnya sangat aktif, lari sana – sini, sehingga gampang sekali cedera. Selain itu, mereka ini biasanya, sehari-harinya duduk di depan komputer, tidak biasa olahraga. Tahu-tahu diajak olahraga sehingga cedera,” ujar dr. Andre.

Cedera ligamen -khususnya ACL - terjadi ketika seseorang berlari kencang, kemudian mendadak berhenti dan berputar arah. Menyebabkan lutut terpuntir. Atau, pada posisi lompat dan mendarat dengan posisi lutut terpuntir.

Pada saat cedera, biasanya akan terdengar suara seperti ada yang patah dalam sendi. Saat itu, tiba-tiba penderita akan merasa seperti ‘kehilangan tenaga’ dan langsung terjatuh. Kadang setelah beberapa saat, ia dapat berjalan kembali tapi pincang, sendi lutut sulit digerakkan karena nyeri dan timbul bengkak.

“Penderita bisa berjalan, tapi tidak bisa lari atau lompat. Karena lutut 100% goyang,” tambah dr. Andre.

Double bundle

Operasi arthroscopy diperlukan untuk menyambung kembali ligamen yang putus. Ini adalah metode endoscopy khusus lutut, dengan melakukan sedikit sayatan di lutut kemudian memasukkan kamera sebagai ganti metode operasi terbuka.

Metode awal  arthroscopy menerapkan teknik single bundle atau hanya menggunakan satu buah urat pengganti untuk mengganti ACL yang rusak. Sayangnya cara ini menyisakan banyak masalah; lutut tidak pernah sekuat sediakala, pasien tidak disarankan kembali berolahraga berat.

“Sekarang kita pakai yang double bundle, sehingga lutut lebih stabil. Angka keberhasilannya 90%. Pasien dapat kembali lagi olahraga,” terang dr. Andre.

Sebagai penguat, akan ‘ditanam’ baut besi di dalam lutut. Sayangnya baut ini kerap menimbulkan keluhan, seperti adanya nyeri/ngilu saat udara dingin, dan memicu bunyi saat melewati metal detector di bandara. Sebagai pembaruan, baut tersebut diganti berbahan plastik. Akan lumer diserap tubuh dalam waktu tiga tahun, sehingga tidak membutuhkan operasi cabut pen/baut.

Oleh karenanya penting untuk mencegah cedera ligamen lutut. Yakni dengan melakukan pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas, melakukan peregangan dan latihan kekuatan secara teratur untuk menjaga fleksibilitas otot, dan hindari menambah intensitas olahraga yang tidak biasanya secara tiba-tiba. (jie)