Nyeri Sendi, Kenali dan Cegah | OTC Digest

Nyeri Sendi, Kenali dan Cegah

Nyeri sendi pada lansia dianggap lumrah, tapi apakah setiap lansia harus menderita nyeri sendi? Demikian pertanyaan banyak lansia. Padahal dengan perawatan yang tepat nyeri sendi dapat dicegah atau dibuat tidak bertambah parah.

Nyeri sendi disebabkan oleh pembengkakan (artritis) tulang rawan di persendian yang menimbulkan nyeri. Penyakit ini tidak an sich karena usia lanjut. Dr. Charle H Mayo, pendiri Mayo Clinic, mengatakan artritis pada dasarnya disebabkan oleh faktor keturunan, makanan, kelebihan berat badan dan berbagai cidera sendi yang terlebih dulu ada. Macamnya antara lain osteoartritis (pengapuran sendi) dan artritis gout (asam urat).

Osteoartritis (OA) disebabkan oleh kerusakan tulang rawan akibat gerakan pada sendi yang berlebihan, serta tekanan dari berat badan tubuh. Berlangsung dalam waktu lama dan progresif. OA biasa menyerang di lutut, tulang belakang, panggul dan sendi tangan/kaki. Gejala meliputi nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi, kelemahan dan disabilitas.

WHO melaporkan 40% lansia di dunia menderita OA lutut. Menurut Dr. Muki Partono, Sp.OT dari RS Pondok Indah- Puri Indah, Jakarta, OA disebabkan oleh penipisan jaringan rawan sendi, sehingga sendi kehilangan pelumas. Akibatnya kedua tulang akan bersentuhan dan menimbulkan nyeri. Jaringan rawan sendi merupakan jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular yang berfungsi sebagai shock breaker dan pelumas pada pergerakan sendi.

“Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Pada permukaan sendi yang sudah aus terjadilah pengapuran. Tumbuh tulang baru yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjadikan sendi kembali stabil, tapi hal ini justru membuat sendi kaku,“ terangnya.

Sementara itu pada asam urat, peradangan sendi akibat endapan kristal asam urat. Asam urat sebenarnya hasil akhir dari metabolisme purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita.

Dalam jumlah normal (4-7 mg/dl) asam urat tidak menjadi masalah. “Sebetulnya tubuh menyediakan 85% purin untuk kebutuhan harian, sehingga kebutuhan purin dari makanan hanya 15%,” kata dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOK.

Selain karena konsumsi makanan tinggi purin, asam urat juga disebabkan faktor genetik, penyakit ginjal kronik dan konsumsi alkohol. Gejalanya berupa nyeri berulang pada jempol kaki dan beberapa sendi lainnya, bahkan bisa menyebabkan batu ginjal.

Pencegahan asam urat dengan menghindari kegemukan dan makanan berpurin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) seperti jeroan, seafood, ikan sardin, abon atau dendeng.

Sementara untuk mencegah OA menjadi lebih parah, perlu diet seimbang, olahraga sesuai kebutuhan dan yang tidak banyak menggunakan persendian, memilih alas kaki yang tepat dan nyaman. (jie)