Lakukan Prinsip DaGuSiBu agar Penggunaan Obat Efektif dan Aman | OTC Digest

Lakukan Prinsip DaGuSiBu agar Penggunaan Obat Efektif dan Aman

Obat begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun, sudahkah kita memperlakukan obat dengan baik, sebagaimana mestinya? Jangan sampai obat yang harusnya menyembuhkan, malah membuat kita sakit gara-gara kita teledor.

Pengobatan yang aman dan efektif adalah suatu keharusan. Keamanan obat, tata cara pembuatan, hingga pengemasan obat adalah tanggung jawab produsen. Sebagai konsumen, kita bertanggung jawab terhadap penggunaannya, begitu obat sudah di tangan kita. “Ingat selalu prinsip DaGuSiBu,” tegas Dra. R. Dettie Yuliati, Apt. Msi, Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia, dalam diskusi bertajuk Optimalisasi Peran Apoteker untuk Menjamin Pengobatan Rasional dan Cost-Effective di Jakarta, beberapa waktu lalu. Diskusi ini dalam rangka menyambut Hari Apoteker Sedunia 2019, yang diperingati tiap 25 September.

DaGuSiBu adalah singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang. Yuk, baca dan pahami lagi mengenai DaGuSiBu, biar makin melekat di ingatan, dan diimplementasi dalam keseharian.

Dapatkan. “Dapatkanlah obat dari sarana yang berizin, karena berarti ada yang bertanggung jawab dalam pemberian obat,” ujar Dra. Dettie. Ini misalnya apotek, RS, atau klinik yang ada apoteker di instalasi farmasinya.

Gunakan. Gunakan obat sesuai dengan jenis, indikasi, dosis, hingga tata cara konsumsinya. Pergunakanlah obat dalam (minum) hanya sebagai obat dalam, dan obat luar sebatas pemakaian di luar tubuh misalnya kulit atau mata.

Perhatikan petunjuk cara meminum obat. “Apakah sebelum makan atau sesudah makan. Apakah di pagi hari, atau malam hari. Tiap berapa jam; bukan hanya berapa kali dalam sehari,” papar Dra. Dettie. Obat dengan dosis 2x sehari misalnya, berarti diminum tiap 12 jam; dosis 3x sehari berarti tiap 8 jam, dan seterusnya. Antibiotik harus diminum sampai habis, meski keluhan yang dirasakan sudah hilang sebelum obat habis. “Semua ini penting agar pengobatan jadi efektif. Percuma minum obat tapi penggunaannya sembarangan,” imbuhnya.

Simpan. Setelah dibeli dan/atau dipakai, obat harus disimpan dengan baik dan benar. “Saat membeli obat, minta dalam bentuk kemasan utuh, jangan ‘telanjang’. Dalam insert package di kemasan sudah tertulis detil tata cara penggunaan maupun penyimpanan obat,” ujar Dra. Dettie.

Untuk bentuk cair, simpan dalam kulkas setelah segel dibuka, tapi jangan dalam freezer. Obat padat (tablet, kapsul, kaplet) disimpan di kotak obat dengan suhu ruang, dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Kunci kotak obat, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Simpan obat dalam kemasan asli, dengan etiket yang masih melekat. Bila mendapat obat resep, masukkan kembali obat ke plastik bening penyimpan obat dari apotek, “Karena di situ tertera tanggal pemberian obat dan nama dokter yang meresepkan.”

Untuk obat yang kita beli sendiri misalnya sirup obat batuk, tulis tanggal pembelian pada kemasan, dan simpan tutup botol dengan baik, lalu simpan dengan rapi di dalam kardusnya. Bisa digunakan kembali sebagai pertolongan pertama di lain waktu, tapi selalu cek dulu tanggal kedaluwarsa dan tampilan obat. Bila dikocok masih bersatu dan tidak ada bau aneh saat dituang, berarti obat masih baik.

Obat bisa rusak meski belum melewati tanggal kedaluwarsa, bila penyimpanannya salah. “Ciri-ciri obat rusak antara lain bau, warna, dan rasa sudah berubah. “Untuk obat padat seperti tablet, jangan dipakai lagi bila sudah ada titik-titik hitam, atau sudah hancur. Juga bila kapsul sudah lengket, atau bentuknya berubah,” tutur Dra. Dettie. Untuk obat luar misalnya salep, segera buang bila bentuknya sudah berubah, tidak bersatu lagi.

Juga penting diingat, ada obat yang tidak boleh disimpan: antibiotik. “Antibiotik hanya boleh didapat atas resep dokter, dan harus habis. Tidak untuk stok di rumah. Karena itu, tidak boleh ada antibiotik yang disimpan. Kalau ada, berarti pengobatan dengan antibiotik di rumah itu tidak tuntas,” tegas Dra. Dettie. Konsumsi antibiotik yang tidak sampai habis akan membuat kuman resisten/kebal terhadap obat itu, sehingga menjadi kuman ‘super’.

Buang. Cara membuang obat tidak kalah penting. Tidak hanya obat, tapi juga kemasannya. Kelupaskan semua label dari kemasan obat. “Buang tutup dan botol secara terpisah. Di tempat terpisah, atau hari yang berbeda,” ucap Dra. Dettie

Selanjutnya untuk obat cair, letakkan botol obat beserta isinya di bawah keran dengan air mengalir, hingga isinya habis. Vitamin cair bisa dibuang langsung ke pot tanaman, dan yang padat bisa diencerkan dulu lalu disiram ke pot.

Untuk obat padat: masukkan tablet, kaplet, dan isi kapsul ke plastic bening, bisa gunakan plastic bening dari apotek, dengan stiker keterangan sudah dicabut sebelumnya. Tumbuk hingga hancur, lalu campurkan dengan tanah atau kotoran lain. Setelah itu tutup rapat kemasan plastic tersebut, dan buang ke tempat sampah.

Tata cara pembuangan ini penting untuk mencegah obat/kemasan obat disalahgunakan oleh orang yang menemukan. Cara membuang kemasan juga berlaku untuk kemasan lain seperti korned, sardin, maupun produk kosmetik seperti losion. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Background vector created by rawpixel.com - www.freepik.com