Bisakah Makanan Organik Turunkan Risiko Kanker? | OTC Digest

Bisakah Makanan Organik Turunkan Risiko Kanker?

Biasanya orang yang mengonsumsi makanan organik adalah mereka yang sadar pentingnya kesehatan. Namun bukti ilmiah yang menyatakan manfaat makanan organik bagi kesehatan sangat sedikit. 

Dalam studi anyar yang dilakukan di Perancis pada sekitar 70.000 orang, selama 5 tahun, dipaparkan bahwa mereka menyantap makanan organik, memiliki risiko kanker 25% yang lebih kecil dibanding orang yang tidak pernah makan makanan organik.

Konsumsi lebih banyak sayuran, buah dan produk susu atau daging organik mengurangi risiko, utamanya pada kejadian kanker limfoma dan payudara pascamenopause.

Studi yang dipimpin oleh Julia Baudry dari the French National Institute of Health and Medical Research, ini tidak membuktikan bahwa diet makanan organik pasti bisa menurunan insiden kanker, tetapi menyarankan bahwa “diet makanan organik bisa berkontribusi pada penurunan risiko kanker.”

Riset ini dipublikasikan dalam jurnal online JAMA Internal Medicine. Namun ahli gizi dari Harvard, sebagaimana dikutip dari nytimes.com, mengungkapkan kritikannya. “Dari sudut pandang praktisi, hasil yang diperoleh masih awal, dan tidak cukup kuat untuk mengubah rekomendasi diet tentang pencegahan kanker,” papar Dr. Frank B. Hu, pimpinan departemen nutrisi di Harvard’s T.H. Chan School of Public Health.

Ia menekankan, konsumsi lebih banyak buah dan sayur (baik itu organik atau bukan) jika ingin mencegah kanker.  The American Cancer Society merekomendasikan perbanyak buah, sayur, serta gandum utuh. Dan di satu sisi kurangi daging merah, daging yang diproses dan gula.

Bagaimana riset dilakukan

Penelitian di Perancis ini mengumpulkan 68,946 relawan (78%-nya adalah wanita), rata-rata berusia 44 tahun saat studi dimulai.

Para peserta memberikan informasi yang terperinci tentang seberapa sering mereka mengonsumsi 16 jenis makanan organik yang berbeda. Peneliti bertanya tentang berbagai macam makanan, temasuk buah-buahan, sayur, produk susu, kedelai, daging, ikan dan telur.

Juga biji-bijian, kacang-kacangan, roti, sereal, tepung, minyak, bumbu, anggur, kopi, teh, biskuit, gula dan lainnya. Partisipan mencatat asupan mereka dalam 24 jam, selama periode 2 minggu. Peserta juga memberikan informasi tentang status kesehatan umum, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan rincian lainnya, seperti apakah mereka merokok dan berolahraga.

Bahkan setelah dilakukan penyesuaian-penyesuaian tersebut, partisipan yang lebih banyak makan makanan organik secara umum memiliki risiko 25% lebih kecil menderita kanker apapun. Khusus kanker limfoma non-Hodkin penurunan risiko hingga 86 %, dan 34 % penurunan risiko kanker payudara yang berkembang setelah menopause.

Pengurangan risiko kanker limfoma memang tidak mengejutkan. Studi epidemiologis secara konsisten menemukan insiden yang lebih tinggi kanker limfoma di antara orang-orang yang terpapar pestisida, seperti petani atau pekerja perkebunan.

The International Agency for Research on Cancer di Amerika Serikat telah mengklasifikasikan tiga pestisida yang biasa digunakan dalam pertanian - glifosat, malathion dan diazinon - sebagai zat karsinogenik yang bisa memicu kanker limfoma non-Hodgkin. (jie)