Awas, Gula Tersembunyi Dalam Makanan Sebabkan Gigi Berlubang | OTC Digest

Awas, Gula Tersembunyi Dalam Makanan Sebabkan Gigi Berlubang

Tahukah Anda bahwa setiap makanan yang kita santap mengandung gula tersembunyi? Konsumsi gula berlebih salah satunya berisiko menyebabkan karies, alias gigi berlubang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menentukan batas total konsumsi gula harian, baik dari makan atau minuman, adalah 50 gr/hari (sekitar 4 sendok makan) untuk orang dewasa, dan 30 gr/hari (6 sendok teh) bagi anak-anak.

Faktanya Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014 mencatat, sekitar 29,4% masyarakat Indonesia mengonsumsi gula melebihi batas yang  ditentukan WHO.

Menurut drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, selaku Division Head of Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, gula atau karbohidrat yang kita konsumsi akan diubah oleh mikroorganisme di dalam mulut sehingga kondisi pH (keasaman) mulut turun. Hal ini memudahkan terjadinya proses karies gigi.

Nilai keasaman normal di dalam rongga mulut adalah 7. Pada kondisi ini keseimbangan ekosistem bakteri (antara bakteri baik dan jahat; terdapat lebih dari 20 miliar mikroorganisme dalam rongga mulut) terjaga. Turunnya pH mulut (<7) membuat bakteri jahat lebih gampang tumbuh. Akumulasi bakteri dan sisa makanan akan membentuk lapisan plak, karang gigi dan menyebabkan gigi berlubang. 

“Makanan dan minuman yang tidak manispun mengandung gula tersembunyi,” terangnya drg. Mirah dalam bincang-bincang bertajuk Pepsodent Ajak Keluarga Indonesia Lindungi Kesehatan Gigi dari Risiko Gula Tersembunyi, yang diadakan di Jakarta (5/9/2018).

Secara global sekitar 36% masyarakat di seluruh dunia memiliki masalah gigi dan mulut. Lebih khusus diperkirakan sekitar 600 juta anak menderita masalah gigi dan mulut. Karies atau gigi berlubang adalah masalah mulut yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama dr. Diana F. Suganda, MKes, SpGK, menjelaskan, pola konsumsi masyarakat Indonesia tergolong tinggi gula tersembunyi. Misalnya dalam satu porsi bubur ayam yang disantap saat sarapan mengandung 1,9 gram gula, lontong sayur 3,11 gram, sereal susu 23 gram dan roti keju sekitar 3,62 gram gula.

Demikian juga saat makan siang dengan menu nasi padang, mie ayam bakso, atau gado-gado; masing-masing mengadung : 1,5, 1,32 dan 1,5 gram gula/porsi. “Bahkan pada makanan atau minuman sehat pun ternyata tinggi gula. Satu gelas jus buah atau satu takaran yogurt memiliki sekitar 20 gram gula. Sementara satu gelas susu almond mengandung 10,5 gram gula, dan snack protein bar berisi 7 gram gula,” terang dokter yang praktek di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Tangerang.

Untuk menghindari konsumsi gula berlebih, kita dituntut untuk cermat memilih dan memilah makanan/minuman yang akan disantap. Disarankan selalu membaca kandungan nilai gizi dalam makanan/minuman kemasan. Atau jangan konsumsi suatu makanan secara berlebihan.

“Jangan takut untuk mengonsumsi gula, karena tubuh tetap membutuhkan gula. Namun jadilah konsumen yang cerdas dengan tahu jumlah gula yang diasup,” papar dr. Diana.

Mengurangi keasaman mulut

Setiap kali kita mengonsumsi makanan/minuman (apalagi yang manis) keasaman mulut akan turun, membutuhkan waktu agar pH mulut kembali normal. Beberapa hal dapat dilakukan untuk membantu mempercepat pH mulut kembali normal, yakni:

  1. Berkumur. Dianjurkan berkumur dengan air putih, terutama setelah makan/minum manis.
  2. Perbanyak minum air putih.
  3. Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol. Xylitol adalah gula alami dari pohon White birch. “Penelitian mengatakan bahwa xylitol bisa mengurangi akumulasi bakteri di dalam rongga mulut. Apalagi jika xylitol digunakan dalam produk permen karet, aktivitas mengunyah akan merangsang produksi air liur. Air liur adalah pembilas bakteri alamiah tubuh,” terang drg. Mirah.
  4. Sikat gigi. Dianjurkan menyikat gigi minimal 2 kali sehari (setelah sarapan dan sebelum tidur). Atau jika memungkinkan 15-30 menit setiap kali sehabis makan. (jie)

Baca juga : Xylitol, Gula Pencegah Karies Gigi