Apa yang Terjadi Ketika Kita Menahan Kentut? | OTC Digest
menahan_kentut_kembung

Apa yang Terjadi Ketika Kita Menahan Kentut?

Clare Collins, University of Newcastle

Pernahkah kalian berada di situasi di mana buang angin akan sangat memalukan dan kalian harus menahan kentut? Akui saja–kita semua pernah.

Mencoba menahan kentut hanya akan menambah tekanan dan menimbulkan ketidaknyamanan. Peningkatan gas pada usus dapat memicu kembung pada perut, dan sebagian gas diserap kembali dan dikeluarkan melalui pernafasan. Gas yang tertahan akhirnya akan keluar sebagai kentut yang tidak terkendali.

Penelitan yang ada tidak memberi kejelasan apakah peningkatan tekanan pada rektum tidak akan menimbulkan masalah atau akan menaikkan peluang untuk terjadinya divertikulosis yaitu peradangan atau infeksi sehingga kantung-kantung terbentuk di sepanjang saluran pencernaan, terutama di usus besar (kolon).

Apa itu flatus?

Flatus, kentut, dan buang gas mengacu pada gas dalam usus yang masuk ke dalam rektum karena proses pencernaan pada lambung dan usus serta metabolisme yang wajar dan kemudian keluar melalui anus.

Ketika tubuh kita mencerna makanan pada usus kecil, bagian yang tidak dapat dicerna akan bergerak terus sepanjang saluran pencernaan dan akhirnya masuk ke dalam usus besar atau disebut juga dengan kolon.

Bakteri pada usus menguraikan beberapa zat dengan cara fermentasi. Proses ini menghasilkan gas dan zat lainnya yang disebut asam lemak yang diserap kembali dan digunakan untuk proses metabolisme yang terkait dengan kekebalan tubuh serta mencegah terjadinya penyakit.

Gas dapat diserap kembali melalui dinding usus ke dalam sirkulasi dan pada akhirnya dihembuskan melalui paru-paru, atau dikeluarkan melalui rektum sebagai kentut.

Volume gas yang normal

Bagi para peneliti, menemukan orang-orang untuk ikut serta dalam penelitian yang mengukur kentut cukup sulit. Untungnya, ada sepuluh orang sukarelawan yang bersedia untuk diukur volume gas yang mereka keluarkan mereka selama satu hari).

Dalam waktu 24 jam, semua flatus yang mereka keluarkan dikumpulkan melalui kateter (aduh). Mereka makan secara normal tetapi untuk memastikan tambahan pada produksi gas, mereka juga harus memakan 200 gram (setengah kaleng besar) kacang panggang.

Para peserta menghasilkan volume dengan median 750 ml gas selama 24 jam, tetapi volume yang dihasilkan berkisar dari 476 ml sampai 1490 ml per orang. Gas hidrogen diproduksi dalam volume yang terbesar (361 ml per 24 jam), diikuti gas karbon dioksida (68 ml/24 jam). Hanya tiga orang yang menghasilkan gas metana, berkisar antara 3 ml sampai 120 ml/24 jam. Gas yang tersisa, diduga sebagian besar adalah gas nitrogen, sekitar 213 ml/24 jam.

Laki-laki dan perempuan memproduksi jumlah gas yang sama dan rata-rata mengalami delapan kali flatus (tunggal atau rangkaian) selama 24 jam. Volume yang dihasilkan bervariasi dari 33 ml dan 125ml per kentut, dengan jumlah yang lebih besar dikeluarkan satu jam setelah makan.

Gas juga diproduksi saat mereka tertidur, tetapi hanya setengahnya dibandingkan saat mereka bangun (median 16 ml/jam vs 34 ml/jam).

Serat dan flatus

Dalam sebuah studi tentang serat makanan dan flatus, peneliti menyelidiki apa yang terjadi pada produksi gas di usus ketika seseorang mengonsumsi diet dengan makanan makanan berserat tinggi.

Para peneliti meminta 10 sukarelawan dewasa sehat untuk makan makanan yang biasa mereka makan selama tujuh hari sambil mengonsumsi 30 gram psyllium per hari sebagai sumber serat larut, atau tidak memakannya. Pada minggu mereka memakan psyllium mereka menambahkan 10 gram pysllium–sekitar satu sondok makan–setiap kali mereka makan.

Pada akhir setiap minggu, peserta dibawa ke lab dan dalam lingkungan yang terkendali sebuah kateter dipasangkan pada mereka untuk mengukur pergerakan gas (volume, tekanan, dan angka) dalam usus selama beberapa jam.

Mereka menemukan bahwa diet psyllium berserat tinggi menyebabkan retensi awal gas lebih lama, tetapi volume yang dihasilkan tetap sama, yang artinya, lebih sedikit frekuensi kentut tetapi menghasilkan kentut yang lebih besar.

Dari mana gas muncul?

Gas dalam usus berasal dari sumber yang berbeda-beda. Bisa dari menghirup udara. Atau dari karbon dioksida yang dihasilkan ketika asam lambung bercampur dengan bikarbonat pada usus kecil. Atau gas dapat diproduksi oleh bakteri yang ada pada usus besar.

Sementara gas-gas ini diduga melakukan tugas-tugas khusus yang berdampak pada kesehatan, produksi gas yang berlebihan di usus dapat menyebabkan kembung, nyeri, borborygmus (yang artinya suara gemuruh), sendawa, serta banyak kentut.

Kentut yang sangat berbau busuk dikarenakan adanya gas yang mengandung sulfur. Hal ini dipastikan dalam penelitian terhadap 16 orang dewasa sehat yang diberi kacang pinto dan laktulosa, karbohidrat yang tidak bisa diserap yang difermentasi di usus besar. Intensitas bau dari sampel flatus dievaluasi oleh dua pemeriksa (kasihan mereka).

Kabar baiknya adalah bahwa dalam percobaan lanjutan, para peneliti mengidentifikasi bahwa bantalan yang dilapisi arang dapat membantu mengurangi bau gas sulfur.

Terakhir, ada berita buruk bagi para jet-setter yang sering melakukan perjalanan udara: kabin bertekanan di pesawat membuat para penumpang berpeluang lebih besar mengeluarkan flatus karena volume gas yang yang mengembang pada tekanan kabin yang lebih rendah dibandingkan tekanan yang ada di darat. Dengan fitur peredam suara yang modern, suara kentut akan lebih cenderung terdengar.

Sebaiknya bagaimana?

Untuk selanjutnya, jika Anda merasa banyak gas di dalam perut yang siap untuk keluar, cobalah cari tempat yang lebih nyaman. Hal terbaik untuk kesehatan pencernaan Anda kalian untuk melepaskannya.

Untuk ide kreatif (dan untuk menghibur diri) soal bagaimana menahan kentut, lihat tautan ini.

The Conversation

 

Clare Collins, Professor in Nutrition and Dietetics, University of Newcastle

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.

__________________________________

Ilustrasi: Designed by Asier_relampagoestudio