5 Bahasa Cinta – Yang Mana Tipe Pasangan dan Anda? | OTC Digest
lima_bahasa_cinta_gary_chapman

5 Bahasa Cinta – Yang Mana Tipe Pasangan dan Anda?

Tiap orang ternyata memiliki bahasa cinta masing-masing. Ini dipaparkan oleh Gary Chapman dalam bukunya The 5 Love Languages. “Kadang kita tidak tahu bahasa cinta pasangan kita seperti apa, karena tiap orang berbeda,” ungkap psikolog Ajeng Raviando, M.Psi, dalam bincang-bincang Istri Resik, Pernikahan Harmonis yang diselenggarakan oleh Resik V Godokan Sirih di Jakarta, Senin (07/05/2018).

Tugas kitalah untuk mencari tahu mana bahasa cinta pasangan. Selain tentunya mengenali diri sendiri mana bahasa cinta kita, sehingga kita bisa mengkomunikasikan kepada pasangan, perlakuan seperti apa yang kita harapkan darinya.

Berikut ini lima bahasa cinta menurut Gary Chapman:

  1. Afirmasi (perilaku positif). “Afirmasi adalah sesuatu yang positif,” terang Ajeng. Misalnya saat pasangan ‘curhat’ dan kita mendegarkan curhatannya dengan seksama dan memberi tanggapan yang positif.Bagi orang dengan bahasa cinta afirmasi, hal ini membuatnya bahagia dan merasa dicintai.
  2. Kebersamaan (waktu berkualitas). Bila pasangan Anda merasa bahwa yang penting adalah kebersamaan dan waktu berkualitas sangat penting, maka pasangan Anda termasuk tipe ini. Buat orang dengan bahasa cinta kebersamaan, ketika tidak bersama pasangan ia bisa merasa bahwa pasangan tidak mencintainya.
  3. Hadiah. Orang yang memiliki bahasa cinta hadiah, akan bahagia mendapat hadiah dari pasangannya. Cukup hadiah kecil yang menyenangkan, misalnya sekuntum bunga saat pulang kerja. “Atau sedang kepengen soto betawi, eh pulang-pulang, suami bawain,” ujar Ajeng.
  4. Meladeni dan membantu. Bagi sebagian orang, tidak perlu sering-sering dikasih hadiah. “Tapi senang kalau lagi pasang galon dibantu, misalnya,” ucap Ajeng. Orang yang senang bila pasangannya membantu, termasuk tipe ini.
  5. Sentuhan dan belaian. Ada pula yang menyenangi sentuhan dan belaian, atau suka memberikan sentuhan dan belaian. Hal ini kadang berbeda bagi suami dan istri. “Buat suami, mungkin sentuhan dan belaian harus sesering mungkin. Sedangkan bagi istri, mungkin tidak perlu. Apalagi kalau ada anak-anak,” lanjut Ajeng.

Ia mengingatkan, kuncinya ada dikomunikasi. “Kita harus tau persis pasangan kita Bahasa cintanya apa, dan kita maunya apa,” tandas Ajeng. (nid)

________________________________

Ilustrasi: Takmeomeo / Pixabay.com